Miko
Sepulang ke rumah, kulihat dua anak kucing melompat-lompat di ruangan. Saat itu aku yang masih takut dengan kucing begitu geli dan sangat kesal mengapa ada kucing di rumah. Walaupun bersih dan menggemaskan kata orang, bagiku saat itu kucing adalah binatang yang menakutkan.
Beberapa lama setelah kelulusan dari SMA, aku harus melanjutkan pendidikan secara daring. Seperti mahasiswi lainnya, aku berada di rumah untuk melangsungkan pendidikan dalam jaringan ini, hingga secara langsung membuatku sering berjumpa dengan kucing-kucing pengganggu ini.
Jumlah mereka keseluruhannya adalah 10 ekor. Tiap pagi aku harus mendengarkan ocehan mamakku yang marah pada kucing-kucing itu karena membuang kotoran sembarangan, tapi tiap kali kuberi saran untuk dibuang ia selalu membantah ucapanku.
Hingga Covid-19 yang kupikir juga merebut teman-temanku, aku mulai akrab dengan binatang yang dulunya kutakutkan ini. Ternyata benar, mereka sangat lucu dan imut sekali.
Maka pada suatu hari, satu ekor kucing putih abu-abu kuberi nama Miko. "Ia adalah milikku," ucapku pada Miko.
Cerita ini adalah tentang Miko...
Saat kembali ke rumah, kujumpa Miko untuk pertama kali yang terlihat begitu kurus sekali, ia juga tampak pemalu sebagai anggota baru di rumah ini. Katanya, adikku yang mengambil Miko saat induknya tidak ada di sana, meninggalkan dua saudara lainnya yang tertinggal. Beruntung saja saat itu Won-- salah satu kucing di rumahku tidak keberatan untuk menyusui kucing malang itu.
Satu hari, seminggu, sebulan. Aku belum menyimpan rasa gemas padanya, belum terlihat tertarik, dan sama sekali tidak ingin memberikan cinta pada Miko. Jujur, ia kucing yang sangat berbeda dari yang lain. Miko tidak pernah menarik perhatian manusia seperti kucing lainnya, ia sering terdiam tapi terlihat mudah untuk dijinakkan.
Aku menggendong Miko, mengelus rambut-rambutnya. Miko tidak melawan untuk pergi dari peganganku, ia hanya terdiam dan sesekali kepalanya memutar. Saat makan dibagikan, Miko terlihat rakus seperti Nbyul dan Cuti, tapi sesekali mengalah pada teman-teman lainnya.
Lama memperhatikan Miko, aku mulai menjadikannya sebagai temanku. Ia teman yang begitu baik, walaupun beberapa cakaran selalu kudapatkan.
Miko adalah kucing liar, kucing kampung. Ia tidak tampan, tetapi ia tidak nakal. Miko ialah kucing, tapi bagiku Miko tidak hanya kucing, ia lebih dari itu. Matanya sangat berbeda, berwarna hijau bulat seperti kelereng dan mengkilap. Miko <3
Komentar
Posting Komentar