Bosan

 Orang itu biasanya tidak pernah merasa terganggu dengan segala hal yang telah berjalan. Ia merasa bodo amat, tidak ingin melihat atau mendengar. Ia hanya menggontaikan kakinya, dan tersenyum ramah pada orang-orang yang mengepungnya.

Sekarang berputar. Kerap kali ia menghentakkan kaki tiap melangkah, menyeringai tiap desiran angin mengembus rambutnya yang memutih, dan diam di pojokan ruang dengan wajah yang tengah menekuk.

"Mau makan?" tanyaku hingga orang itu mengangkat kepalanya. Ia menengadah, menantang langit-langit rumah membentuk kesombongan di sana. Namun aku, hanya bisa diam untuk menunggu jawaban mereka yang terlalu angkuh 

'hanya penmumpang, itu kata mereka yang menjadi alasan aku harus bersabar. 

"Saya ini tidak suka makan, tapi perut kian membuncit. Saya ini sudahlah rapuh, tapi selalu terbagi tugas." ungkapnya kepadaku. Sama sekali tidak paham, tapi kalimat moral lebih besar dari apapun yang pernah kudengar mencegat langkah kaki ini untuk berjalan. Ia terus berbicara, hingga kepalaku bergeleng-geleng ia tetap saja tidak menutup mulutnya.

Sekalipun aku mengutuk, telinganya sudah tertutup. Maka aku pergi dari hadapannya, mencari batu yang bisa digenggam agar menenangkan.

Sendiri ini -- bukan, maksudnya: memendam ini terlalu membosankan!

Komentar

Postingan Populer