Seratus Mimpi di Enam Purnama

 Karena saya bukan orang yang heboh dan suka belajar, suatu hari saya mengirimkan pesan kepada teman saya. Pesan ini adalah pembuka untuk kami agar lebih keras lagi berusaha: dalam mengejar ketertinggalan dan beberapa hal yang selama ini belum tercapai.

"Mau bermimpi tidak?" tanya saya di room chat itu. Teman saya bertanya apa, dan kemudian saya jelaskan semuanya. Berawal dari Merry Riana lewat mimpi sejuta dolar, saya mengajaknya juga kerap melakukan hal sama. Bedanya kami tidak berambisi dengan uang, namun pada pencapaian. Teman saya mengiyakan, yang awalnya saya pikir dia hanya bermain-main dengan ajakan saya.


Beberapa minggu setelah itu, saya sudah mencapai 12 mimpi, dengan 2 keberhasilan dan sisanya adalah kegagalan. Menatap kertas yang penuh kesedihan, tidak lama kemudian teman saya mengirimkan pesan. Saya kaget, karena ia memamerkan 23 mimpinya yang sudah dilakukan, dengan kebanyakan gagal seperti saya. Ia mengucapkan terima kasih, suatu hal yang tidak saya kira dari awal. 

Sekarang ia yang menarik tangan saya, mengajak saya berlari lebih kencang agar seratus mimpi itu tercapai. Sekarang ia yang lebih bersemangat, bahkan katanya ia kerap menghukum dirinya; hanya karena ia tidur sejenak. Sekarang ia yang berambisi dengan perwujudan seratus mimpi di awal semester ini. Saya hanya diam, bengong, dan kadang tercengang melihat semangat dalam diri teman saya.

"Aku yakin, kamu pasti bisa," ucapnya saat saya merasa tidak percaya dengan kemampuan saya. Saat ia mengatakan itu, saya langsung berpikir. Saya tidak membutuhkan apapun selain ucapan serupa sepertinya. Ucapan satu kalimat yang langsung membuat saya percaya, bahwa mimpi ini hanyalah percobaan yang harus saya lewati. "Hf, baiklah."

Sekarang, saya sudah berpijak pada mimpi ke-18 saya. Masih jauh untuk mencapai angka 100, sedangkan enam purnama sebentar lagi akan usai. 


Komentar

Postingan Populer