Karena adalah
Karena ada sesuatu yang hidup di sana: aku menyebutnya ruh(ku);
yang berkali-kali gagal dan selalu kukatakan ia adalah kegagalan yang
baik
Orang-orang selalu mengatakan, “ah bukan apa-apa” yang
akhirnya menyeretku pada lontaran kalimat iya benar, ini semua bukan apa-apa.
Orang selalu mengatakan bahkan melarang untuk jangan merendah diri, lalu aku
mencoba untuk berteriak ah lihat dan lihat aku. Lalu orang-orang merasa
muak, dan mengtakan jangan untuk menjadi tinggi hati, lalu aku selalu menggumam
ah aku tidak bisa apa-apa. Lalu orang-orang melempar dengan tatapan
kasihani, dan membisikkan kalimat berbunyi ah jangan kecil hati.
Suatu siang di kerumunan. Sesorang mengatakan padaku dan lainnya.
Katanya besemangatlah, menepakkan kaki di pagi hari, lalu mengatakan ah ini
adalah aku. Katanya orang-orang akan melihatmu sebagai hasil tangan Tuhan
yang luar biasa. Aku tercengang, dan melakukannya di esok pagi yang cerah.
Ingin menyebutnya penipu, namun ia tidak pernah menjanjikan sesuatu. Ketika aku
melakukan apa yang dikatakannya, orang-orang melempar tatapan aneh mereka.
Antara tidak lagi mengenal (katanya) atau menyebutku sebagai pengimporan sifat
gila yang terkesan memaksa. Aku mendengar gerutu-gerutu orang atas diriku yang
yang (katanya) melakukan kesalahan.
Sejujurnya, ini adalah ratusan satu dari ratusan dua kalinya aku
melakukan apa yang orang-orang lontarkan. Pelarangan dan kewajiban ini dan itu
hanyalah kebelakaan yang menyengsarakan diri sendiri, membuat sesuatu yang
harusnya dipelihara kini terpijak dan terlupakan. Itu adalah ruh(ku), yang
sudah lama tidak ditanya iya kamu maunya apa?
Karena ruh(ku), aku tidak ingin lagi menggambarkan kesalahan yang
serupa.
Ini adalah proses, bagaimana cara mendengar dan melakukan yang
tidak kebanyakan dilakukan.
Komentar
Posting Komentar