Aku Hanya Bisa Berandai

Semisalnya hari kemarin aku tidak memejamkan mata, aku yakin sekali hari ini aku tidak akan pernah menyesali beberapa waktu yang telah terlewat. 

Semisalnya hari kemarin aku tidak pernah mengulur waktu, aku bisa memastikan kalau aku tidak lagi di titik ini. Bisa jadi aku menjadi pempimpin di antara lainnya, atau sudah jauh di depan sana terlebih dahulu meninggalkan orang-orang.

Semisalnya aku berusaha lebih keras, aku yakin sekali kalau aku tidak akan pernah banyak berbicara. Terlalu banyak mengeluarkan tenaga untuk beberapa hal yang tidak penting dan ah ternyata menyakitkan sekali kalau dipikir-pikir. Kalau saja aku berusaha lebih keras, pasti aku tidak memiliki waktu untuk berbicara perihal sampah yang tidak berguna. Namun... ah sudahlah.

Semisalnya, aku lebih berhati-hati terhadap pena. Aku akan menyangsi tanganku yang telah berasal-asalan terhadap kertas dengan bubuhan tanda tangan. Aku tidak akan pernah mengirimkan pesan penyesalan, aku tidak akan pernah mendapatkan pertanyaan bagaimana dan saran-saran lainnya.

Semisalnya aku anak yang hati-hati. Aku yakin sekali aku tidak akan pernah mengeluarkan uang cuma-cuma. Aku tidak perlu mengirimkan pesan permohonan maaf untuk sebuah harga keteledoran. Aku tidak lagi perlu mengemis kepercayaan agar orang-orang berusaha mendengarkan,

Andaikan,

Bahkan aku hanya bisa berani berandai untuk menjadi suatu hal yang sempurna. Aku hanya berani berpikir dalam kepala dan menerawang tanpa beraksi; untuk menjadi suatu hal yang sangat ingin ingin kugapai.

Masalahnya, aku hanya berani berandai tanpa alasan yang bisa kutuliskan.

Komentar

Postingan Populer