Menjadi Dewasa

Aku menangkap lemparan tatapan itu. Walaupun beberapa detik, aku bisa tahu bagaimana kesalnya saat ini suasana hatimu. Semua ini karena aku (katamu), yang tidak pernah memberi filter atas apa yang kubicarakan.

"Kamu sudah mahasiswa. Bersikaplah dewasa," ucapmu sendu. Mendung di atas seakan berpihak denganmu dan memunggungi beberapa hal yang telah kulakukan.

"Definisi dewasa apa sih?" tanyaku atas titah yang kau ucapkan barusan. Ini serius, aku tidak atau bahkan masih bingung bagaimana menjadi dewasa. Ditambah beberapa ucapan orang-orang yang memintaku meninggalkan beberapa hal menyebalkan di masa SMA.

Apakah semua orang harus seperti itu? Apakah menjadi mahasiswa berarti harus meninggalkan beberapa hal dimasa kemarin? Apakah diwajibkan kah?



Kepalamu sedikit memiring. Antara menganggap dangkalnya pertanyaanku atau tengah menimbang kata mana yang akan kau pilih. "Baiklah. Jangan jadi dewasa," getirmu dengan senyum yang bisa dikatakan agaknya sedikit penuh dengan kesarkasan. Aku masih diam, tidak ingin terburu-buru menghindari pembulian berikutnya.

"Sebentar lagi. Ini sedang proses, aku tidak lagi ingin memaksamu." Kau pergi dengan beberapa pertanyaan tertahan. Mengapa menggantung? Ada apa dengan memaksa? Apa yang sebentar lagi? Dan perihal apa yang sedang berada di tahap proses?

Komentar

Postingan Populer