Kopi dan Ilusi


Setelah semuanya berlalu, aku menepikan diri dari keramaian. Mendewasakan diri dengan memberi beberapa pilihan apa-apa saja yang masuk ke daftar list sebagai -- yaa mereka menyebutnya reward. Hari ini aku ingin memberi hadiah kepada diri yang sudah memutuskan untuk berjuang panjang. Lelah, dan semuanya patut dan harus untuk diapresiasi.

kabarin ke aku hasilnya!

Sederet pesan tertulis di layar android. Perintah ini berat sekali, bagaimana jika aku membawa kabar buruk? Apakah aku mengecewakan?

es krim untuk kemenangan. kopi jika aku kalah.

Setelah membalas pesan itu, aku mematikan hp menghindari beberapa pesan lainnya. Aku ingin beristirahat, dari beberapa ekspektasi orang-orang yang sedang menyapa. Setidaknya aku ingin sekali berpura-pura tidak masalah dengan hasilnya. Namun jujur, aku menginginkan kemenangan itu.

Lalu detik ini adalah puncaknya. Kembali kunyakan android yang kumatikan tadi dan membiarkan jemariku menari di atasnya dengan lancar.

Aku mengetik sesuatu, memasukkan nama dan hasilnya kalah. Aku kalah. Aku kalah. Aku kalah.

Aku kalah dan memanggil pelayan di sana. "Kopi yang paling pahit," ucapku merayakan kekalahan ini. Pelayan sedikit bertanya, namun ia mengiyakan dan pergi dari hadapanku.
Tidak lama, secangkir kopi sudah di depan mataku. Segera, menelan kepahitan aku meneguknya tanpa perasaan. Sambil berimajinasi, yang kupegang adalah es krim dan kemenangan.



Kopi itu habis. Tenggorokanku menyengit.

Lalu aku mendorong pintu dan mengucapkan terima kasih kepada orang di sana. "Terima kasih," ucapku sekaligus memberikan kepada diri sendiri. Seperti tenggorokan, ia ikut menyengit.

"Es krim yang paling mahal," ucapku mengapresiasi kemenangan ini. Aku adalah pemenang setelah memutuskan menjadi pencoba

Komentar

Postingan Populer