Kehilangan

 Lalu kau meratap lurus. Kesal dengan beberapa hal yang telah terjadi. Membentuk kepalan kuat dan mengembuskan napas dengan kasar. Tidak bisa dibohongi, bahkan air mukamu menggambarkan bagaimana rasanya kecewa yang sekarang kau rasakan saat ini.


Aku diam, hingga di sudut ceritamu yang menggaung sejak tadi.


"Mengapa seenaknya langsung menghilang begitu saja?" protesmu marah. Marah kepada objek yang tidak ada di depanmu, sebagai pendengar -- atau orang yang kau paksa mendengar -- aku hanya bisa memainkan sudut kemejaku dengan mengelintingnya. Sebenarnya banyak sekali yang ingin kukatakan, namun aku sama sekali tidak ingin menambah kekacauan saat ini. Atau belum ingin menambah.


"Dia ngeselin kan?" tanyamu meminta pendapat. 

Jujur. Aku takut jika tidak sependapat denganmu.


"Tuhkan, kamu diam saja. Artinya kamu setuju denganku." Mengapa saat orang marah mudah sekali memvonis sesuatu? 


"Kayanya kamu salah deh," ucapku akhirnya. Mata kita bertemu dan mengalirkan beberapa permohonan untuk saling mengerti. Aku ingin mengerti agar kau sepaham denganku, dan tatapanmu yang memintaku untuk tidak mengguruimu.


Di luar hujan, aku tidak ingin menambah beberapa guruh dalam ruangan. Aku hanya ingin berbicara tentang hal yang kau jalani berdasar hal yang telah kualami.


"Kita akrab dengan kehilangan. Dia pergi karena dia ingin, bukan bersikap seenaknya." Wajahmu masih datar akan ekspresi. Lalu aku memutuskan untuk melanjutkannya, "jangan ditahan kepergiannya," ucapku dengan berat. Ini sulit, namun menahan seseorang untuk tetap di sini adalah hal payah yang bukan menjadi kewajiban.


"Kita harus akrab dengan kehilangan," ucapku lagi. Lalu aku melangkah ke depan jendela. Melihat pohon besar kehilangan daunnya akibat derasnya hujan. Pohon itu tetap hidup, sekalipun ia kehilangan banyaknya daun dan buah.


"Kita akan baik-baik saja setelah atau beberapa kali ditinggal atau dilupakan," ucapku menutupi pembicaraan saat itu.



Tidak mengerti. Namun kerap kali masih tetap suka dan sering dan menjadi candu akan marah setelah merasa kehilangan. Hilang kesempatan, teman, seseorang, atau bahkan perhatian. Padahal, semuanya masih dan akan tetap berjalan baik tanpa yang dikawatirkan.


Komentar

Postingan Populer